Sajian blog sufi judul:
Wasiat Syeikh Asy Syadzilli: Perjalanan Dunia (Bab. 2)
Wasiat Syeikh Asy Syadzilli: Perjalanan Dunia (Bab. 2)
Lepaskanlah dirimu dari berlebihan terhadap cinta dunia, tinggakanlah untuk terus menerus bermaksiat, langgengkanlah pada masalah rahmat laduniyah (dari sisi Allah), dan mohonlah pertolongan melalui rahmat itu pada segala tindakan, serta janganlah hatimu bergantung dengan sesuatu, maka engkau termasuk orang-orang yang sangat mendalam (dan benar) dalam ilmu, dimana rahasia batin dan ilmu tidak pernah hilang.
Apabila muncul gangguan hatimu berupa bisikan maksiat dan dunia, lemparkanlah bisikan itu di bawah dua telapak kakimu sebagai sesuatu yang hina, sekaligus sebagai refeksi zuhud, lalu penuhilah hatimu dengan ilmu dan petunjuk.
Janganlah engkau menunda-nunda, yang bisa membuatmu tenggelam dalam kegelapannya dan anggota badanmu terlepas di sana, lalu engkau harus memeluknya, baik melalui hasrat, fikiran, kehendak dan gerakan. Kala itu, lubuk hati menjadi terombang-ambing, dan seorang hamba “bagaikan telah disesatkan oleh syetan di pesawangan yang menakutkan dalam keadaan bingung, dia mempunyai sahabat-sahabat yang memanggilnya kepada jalan yang lurus (dengan mengatakan): “Marilah ikuti kami,” katakanlah, “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah (yang sebenarnya) petunjuk.”
Apabila muncul gangguan hatimu berupa bisikan maksiat dan dunia, lemparkanlah bisikan itu di bawah dua telapak kakimu sebagai sesuatu yang hina, sekaligus sebagai refeksi zuhud, lalu penuhilah hatimu dengan ilmu dan petunjuk.
Janganlah engkau menunda-nunda, yang bisa membuatmu tenggelam dalam kegelapannya dan anggota badanmu terlepas di sana, lalu engkau harus memeluknya, baik melalui hasrat, fikiran, kehendak dan gerakan. Kala itu, lubuk hati menjadi terombang-ambing, dan seorang hamba “bagaikan telah disesatkan oleh syetan di pesawangan yang menakutkan dalam keadaan bingung, dia mempunyai sahabat-sahabat yang memanggilnya kepada jalan yang lurus (dengan mengatakan): “Marilah ikuti kami,” katakanlah, “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah (yang sebenarnya) petunjuk.”
Sedangkan petunjuk itu tidak akan pernah ada kecuali pada orang yang bertaqwa; tiada orang yang bertaqwa kecuali orang itu kontra terhadap dunia. Tiada orang yang kontra terhadap dunia kecuali orang yang menghina dirinya. Tidak ada orang yang menghina dirinya kecuali orang yang tahu akan dirinya. Tidak pula tahu orang yang tahu akan dirinya kecuali orang yang tahu Allah.
Tidak ada yang mengenal Allah kecuali orang yang mencintai-Nya, dan tidak ada orang yang mencintai-Nya kecuali orang yang telah dipilih dan dikasihi Allah, dan antara dirinya terhalang dari hawwa dan nafsunya.
Ucapkanah: “Ya Allah, wahai Yang Maha Kuasa, wahai Yang Maha Menghendaki, wahai Yang maha Perkasa, wahai Yang Maha Bijaksana, wahai Yang Maha Terpuji, wahai Tuhan, wahai Sang Raja, wahai Yang Ada, wahai Yang Memberi Petunjuk wahai Yang Maha Memberi nikmat. Limpahkanlah kepadaku rahmat dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Memberi Anugerah, dan Engkau memberi nikmat pada hamba-Mu dengan nikmat agama dan nikmat hidayah, ”menuju jalan yang lurus, jalan Allah yang Dia pemilik apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Ingatlah hanya kepada Allah lah segala urusan kembali,” melalui kemuliaan Nama Agung ini. Amin.”
Apabila engkau berhadapan dengan suatu yang menjadi bagian dari dunia maka bacalah: “Wahai Yang Maha Kuat, wahai Yang Maha Perkasa, wahai Yang Maha Mengetahui, wahai Yang Maha Kuasa, wahai Yang Maha Mendengar, wahai Yang Maha Melihat.”
Manakala tambahan bekal tiba, berupa bekal dunia maupun akhirat, maka bacalah: ”Cukuplah Allah bagi kami, Allah akan memberikan kepada kami dari karunia keutamaan-Nya dan demikian (pula) Rasul-Nya, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berharap kepada Allah.”(Q.s. At-Taubah: 59)
Apabila engkau berhadapan dengan suatu yang menjadi bagian dari dunia maka bacalah: “Wahai Yang Maha Kuat, wahai Yang Maha Perkasa, wahai Yang Maha Mengetahui, wahai Yang Maha Kuasa, wahai Yang Maha Mendengar, wahai Yang Maha Melihat.”
Manakala tambahan bekal tiba, berupa bekal dunia maupun akhirat, maka bacalah: ”Cukuplah Allah bagi kami, Allah akan memberikan kepada kami dari karunia keutamaan-Nya dan demikian (pula) Rasul-Nya, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berharap kepada Allah.”(Q.s. At-Taubah: 59)
Wahai orang yang berhasrat pada jalan selamat-Nya yang beruntung menuju hadirat Kehidupan-Nya, jauhilah memperbanyak diri atas apa yang diwenangkan Allah kepadamu. Tinggalkan apa yang tidak masuk dibawah ilmumu dari apa yang telah dihalalkan oleh Allah bagimu.
Bergegaslah menuju kewajiban-kewajibanmu, dan tinggalkan kesibukan manusia pada umumnya untuk menjaga batinmu. Maka dalam hal meninggalkan memperbanyak diri, merupakan zuhud, dan meninggalkan hal-hal yang tidak termasuk dalam ilmumu adalah wara’. Renungkan sabda Rasulullah Saw.
Bergegaslah menuju kewajiban-kewajibanmu, dan tinggalkan kesibukan manusia pada umumnya untuk menjaga batinmu. Maka dalam hal meninggalkan memperbanyak diri, merupakan zuhud, dan meninggalkan hal-hal yang tidak termasuk dalam ilmumu adalah wara’. Renungkan sabda Rasulullah Saw.
”Kebaikan adalah yang menentramkan jiwa dan menentramkan kalbu. Sedangkan dosa adalah sesuatu yang merajut-rajut dalam jiwa dan membawa keraguan dalam dada, walaupun manusia lain telah menasehatimu dengan yang selain dosa itu.”
Maka fahamilah. Sibuk menjaga rahasia batin berarti menghormati hakikat-hakikat keimanan.
Jika engkau seorang pedagang yang jeli, maka tinggalkanlah kemauanmu untuk pasrah pada Kehendak-Nya, disertai ridha pada seluruh aturan-Nya. “Dan siapakah yang lebih baik daripada Allah sebagai hukum bagi orang-orang yang yakin?”
Maka fahamilah. Sibuk menjaga rahasia batin berarti menghormati hakikat-hakikat keimanan.
Jika engkau seorang pedagang yang jeli, maka tinggalkanlah kemauanmu untuk pasrah pada Kehendak-Nya, disertai ridha pada seluruh aturan-Nya. “Dan siapakah yang lebih baik daripada Allah sebagai hukum bagi orang-orang yang yakin?”
Hadist ini dapat mencukupkan bagimu, ”Dunia itu haramnya adalah siksa, dan halalnya adalah hisab.”
Dunia yang tak ada hisab kelak di akhirat dan tak ada hijab ketika di dunia, adalah dunia yang bagi pemiliknya tidak mengandung hasrat kehendak sebelum adanya dunia itu, dan tidak pula mengandung hasrat ketika dunia menyertainya, tidak pula kecewa ketika dunia hilang dari sisinya. Sedangkan kebebasan mulia hanya bagi orang yang meraih dunia secara berhadapan, tanpa sedikit pun pengaruh yang memperdayai hatinya (karena dunia itu).
Aku pernah bermimpi melihat Abu Bakr ash-Shiddiq, lalu beliau berkata padaku, “Tahukah engkau apa tanda keluarnya cinta duniawi dari dalam kalbu?” Aku bertanya, “Apa itu?” Beliau menjawab, “Meninggalkannya ketika ada, dan merasa ringan ketika dunia tak ada.”
Salam hangat buat sufimania yang telah membaca Wasiat Syeikh Asy Syadzilli: Perjalanan Dunia (Bab. 2)
Semoga sajian ini dapat menjadikan nilai manfaat bagi kita semua. Dan dari ulasan Wasiat Syeikh Asy Syadzilli: Perjalanan Dunia (Bab. 2), bisa menberikan sedikit gambaran dan pencerahan buat kita semua, Jika bicara mengenai Dunia Sufi memang tidak akan pernah ada habisnya karena semakin kita mencapai puncak kenikmatan dalam mengarungi samudra sufi makan akan semakin haus pula kita untuk meguk ilmu rahmat-Nya.Dan jika ada sesuatu yang krang berkenan atau kritik tentang Wasiat Syeikh Asy Syadzilli: Perjalanan Dunia (Bab. 2) silahkan untuk meninggal komentar dibawah buat bahan masukan kita nanti.bawah.
0 Response to "Wasiat Syeikh Asy Syadzilli: Perjalanan Dunia (Bab. 2)"
Post a Comment