Sajian blog sufi judul:
Tassawuf Antara Dipuji dan Dihujat (Part 1)
Tassawuf Antara Dipuji dan Dihujat (Part 1)
Ceritasufi - Sebuah pemikiran dalam menterjemahkan Islam dalam individu dan ummay melalui Pengakuan hati, Ucajaran hingga Prakteknya selalu menjadi pembicaraan tanpa batas zaman. Beginilah Tasawwuf diperdebatkan. Sebagian melebihkan hingga Tassawuf menjadi tumpah di meja noktah Sejarah Islam. Begitu juga penghhujat yang dengan alasannya menghujat Tasawwuf.
Teringat saat masa sekolah dulu, saat booming nya perdebatan Islam dan Agam lain, seorang ulama Islam dari tanah Hidustan yang mashur akan pemahaman Injil nya, berpesan bahwa Islam bukanlah agama yang berlebihan dalam sesuatu. Baik itu berlebihan dalam hal buruk ataupun baik. Sungguh Islam mengajarkan kita untuk Keep Wise and Steady dalam menilai tiap tindakan dan situasi.
Hingga akhirnya sikap berlebihan ini menjadi salah satu pintu masuk syetan dalam mengguliungkan martabat manusia ke martabat hewani. Sampailah pada suatu perkatan bahwa "Terlalu memuji dan terlalu meremehkan" sangat tidak dianjurkan dalam beragama.
Sebagai tamsil sikap pertengahan Islam di ajarkan Rosulullah saw dalam memelihara janggut atau jenggot. Sebagaimana Ibnu Umar meriwayatkan dari Rosulullah saw berkata:
"Berbedalah kalian dengan orang-orang musyrikin, panjangkanlah janggut
dan pendekkanlah kumis." (HR. Bukhari)
dan pendekkanlah kumis." (HR. Bukhari)
Pembeda. Itulah salah satu yang dianjurkan Rosulullah saw. Membedakan antara Islam dan selain Islam.
"Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka" (HR. Ahmad)
Tulisan dibawah ini adalah buah pikir seorang Cendikiawan dan Ulama Besar Islam abad 20. Sejak usia 10 tahun telah hafal Alquran yang juga seorang Founding Father (pencetus) Fakultas Syariah di Universitas Qatar dan Pusat Kajian Sejarah dan Sunnah Nabi (media.isnet.org).
Beliau adalah Yusuf bin Abdullah bin Ali bin Yusuf yang biasa dikenal dengan Dr. Yusuf Qardawi yang telah menulis hampir 125 buku dan 55 buku yang telah di terjemahkan ke Bahasa Indonesia. (biografi.rumus.web.id)
Beliau adalah Yusuf bin Abdullah bin Ali bin Yusuf yang biasa dikenal dengan Dr. Yusuf Qardawi yang telah menulis hampir 125 buku dan 55 buku yang telah di terjemahkan ke Bahasa Indonesia. (biografi.rumus.web.id)
Untuk melengkapi Srtikel terdahulu tentang Munculnya Tarekat (Part 1), dan Munculnya Tarekat (Part 2) , Cerita Sufi akan melenyajikan pandangan tentang Tasawwuf berikut ini:
Pertanyaan:
Kapan lahir dan berkembangnya Ilmu Tasawwuf, dan apa pula keistimewaanya?
Apa alasan orang-orang yang menolaknya dan bagaimana dalilnya bagi orang-orang yang memujinya?
Jawab:
Masalah tasawuf ini pernah dibahas, tetapi ada baiknya untuk diulang kembali, sebab masalah ini sangat penting untuk menyatakan suatu hakikat dan kebenaran yang hilang di antara orang-orang yang mencela dan memuji tasawuf tersebut secara menyeluruh.
Dengan penjelasan yang lebih luas lagi, sekiranya dapat membuka tabir yang menyelimuti bagian yang cerah ini, sebagai teladan bagi orang yang hendak meninjau ke arah ini, misalnya ahli suluk yang berjalan ke arah Allah.
Di zaman para sahabat Nabi saw, kaum Muslimin serta pengikutnya mempelajari Tasawwuf, agama Islam dan hukum-hukum Islam secara keseluruhan, tanpa kecuali.
Tidak satu bagian pun yang tidak dipelajari dan dipraktekkan, baik lahir maupun batin; urusan dunia maupun akhirat; masalah pribadi maupun kemasyarakatan, bahkan masalah yang ada hubungannya dengan penggunaan akal, perkembangan jiwa dan jasmani, mendapat perhatian pula. Timbulnya perubahan dan adanya kesulitan dalam kehidupan baru yang dihadapinya adalah akibat pengaruh yang ditimbulkan dari dalam dan luar. Dan juga adanya bangsa-bangsa yang berbeda pandangan dan alirannya dalam masyarakat yang semakin hari kian bertambah besar.
Dalam hal ini, terdapat orang-orang yang perhatiannya dibatasi pada bagian akal, yaitu Ahlulkalam, Mu'tazilah. Ada yang perhatiannya dibatasi pada bagian lahirnya (luarnya) atau hukum-hukumnya saja, yaitu Ahli Fiqih. Ada pula orang-orang yang perhatiannya pada materi dan foya-foya, misalnya orang-orang kaya, dan sebagainya.
Maka, pada saat itu, timbullah orang-orang sufi yang perhatiannya terbatas pada bagian ubudiah saja, terutama pada bagian peningkatan dan penghayatan jiwa untuk mendapatkan keridhaan Allah dan keselamatan dari kemurkaan-Nya. Demi tercapainya tujuan tersebut, maka diharuskan zuhud atau hidup sederhana dan mengurangi hawa nafsu. Ini diambil dari pengertian syariat dan takwa kepada Allah.
Disamping itu, kemudian timbul hal baru, yaitu cinta kepada Allah (mahabatullah). Sebagaimana Siti Rabi'ah Al-Adawiyah, Abu Yazid Al-Basthami, dan Sulaiman Ad-Darani, mereka adalah tokoh-tokoh sufi. Mereka berpendapat sebagai berikut:
"Bahwa ketaatan dan kewajiban bukan karena takut pada neraka, dan bukan keinginan akan surga dan kenikmatannya, tetapi demi cintanya kepada Allah dan mencari keridhaan-Nya, supaya dekat dengan-Nya."
Dalam syairnya, Siti Rabi'ah Al-Adawiyah telah berkata:
"Semua orang yang menyembah Allah karena takut akan neraka dan ingin menikmati surga. Kalau aku tidak demikian, aku menyembah Allah, karena aku cinta kepada Allah dan ingin ridhaNya."
Kemudian pandangan mereka itu berubah, dari pendidikan akhlak dan latihan jiwa, berubah menjadi paham-paham baru atas Islam yang menyimpang, yaitu filsafat; dan yang paling menonjol ialah Al-Ghaulu bil Hulul wa Wahdatul-Wujud (paham bersatunya hamba dengan Allah).
Paham ini juga yang dianut oleh Al-Hallaj, seorang tokoh Sufi, sehingga dihukum mati tahun 309 H. karena ia berkata, "Saya adalah Tuhan."
Paham Hulul berarti Allah bersemayam di dalam makhluk-Nya, sama dengan paham kaum Nasrani terhadap Isa Al-Masih.
Banyak di kalangan para Sufi sendiri yang menolak paham Al-Hallaj itu. Dan hal ini juga yang menyebabkan kemarahan para fuqaha khususnya dan kaum Muslimin pada umumnya.
Filsafat ini sangat berbahaya, karena dapat menghilangkan rasa tanggung jawab dan beranggapan bahwa semua manusia sama, baik yang jahat maupun yang baik; dan yang bertauhid maupun yang tidak, semua makhluk menjadi tempat bagi Tajalli (kasyaf) Al-Haq, yaitu Allah SAW.
Dalam keadaan yang demikian, tentu timbul asumsi yang bermacam-macam, ada yang menilai masalah tasawuf tersebut secara amat fanatik dengan memuji mereka dan menganggap semua ajarannya itu baik sekali. Ada pula yang mencelanya, menganggap semua ajaran mereka tidak benar, dan beranggapan aliran tasawuf itu diambil dari Agama Masehi, Agama Budha, dan lain-lainnya.
Wallhu'alam
Bersambung ke Artikel Tassawuf Antara Dipuji dan Dihujat (Part 2)
Sumber : media.isnet.org
Note: Dengan Beberapa Perubahan pada judul dan kalimat.
Salam hangat buat sufimania yang telah membaca Tassawuf Antara Dipuji dan Dihujat (Part 1)
Semoga sajian ini dapat menjadikan nilai manfaat bagi kita semua. Dan dari ulasan Tassawuf Antara Dipuji dan Dihujat (Part 1), bisa menberikan sedikit gambaran dan pencerahan buat kita semua, Jika bicara mengenai Dunia Sufi memang tidak akan pernah ada habisnya karena semakin kita mencapai puncak kenikmatan dalam mengarungi samudra sufi makan akan semakin haus pula kita untuk meguk ilmu rahmat-Nya.Dan jika ada sesuatu yang krang berkenan atau kritik tentang Tassawuf Antara Dipuji dan Dihujat (Part 1) silahkan untuk meninggal komentar dibawah buat bahan masukan kita nanti.bawah.
0 Response to "Tassawuf Antara Dipuji dan Dihujat (Part 1)"
Post a Comment